Di Lawang Sekaten, Surabaya, pada hari Kamis
Pontgl 6 Juni 1901, pasangan suami istri Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Nyoman
Rai mendapatkan karunia yang luar biasa yaitu seorang bayi mmungil yang
berjenis kelamin laki-laki.
Setelah beberapa hari dari kelahirannya jabang
bayi itu diberi nama Koesnososro Soekarno. Dalam kesehariannya ia sering
dipanggil dengan sebutan Koesno. Namun, nama itu ditinggalkan ia sakit-sakitan.
Menurut adat Jawa jika bayi itu sering sakit, maka harus berganti nama. Lalu, nama
itu diganti menjadi Soekarno / Karno. Masa kecil Soekarno lebih banyak
dihabiskan di Keddiri bersama kakeknya yaitu, Raden Hardjodikromo yang sangat
memanjakannya.
Soekarno tumbuh besar di lingkungan yang
mendukung. Semua keluarga sangat mencintai dan menyayanginya, terutama sang
kakek. Beliau juga mengajari Soekarno tentang pentingnya bersikan jujur dan
adil. Selain itu Soekarno juga mendapatkan pelajaran tentang kebaikan dan
keutamaannya dari seorang pembantu rumahnya yang bernama Sarinah.
Ketika Soekarno memasuki usia sekolah, Soekarno
menjalani pendidikan di Tulung Agung. Ia masuk Inladce School / Sekolah Desa.
Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke ELS atau sekolah pertama yang berada di
Mojokerto. Pada usia 15 tahun, Soekarno melanjutkan sekolahnya di HBS atau
pendidikan setingkat SMA. Di Surabaya ini, Soekarni indekost di rumah H.O.S
Cokroaminoto, seorang tokoh Sareket Islam atau SI.Soekarno menyelesaikan
studinya di THS Bandung atau sekarang menjadi Instutu teknologi Bandung (ITB).
Pendidikannya di THS diselesaikan dalam kurun waktu 6 tahun. Pada tahun 1926,
Soekarno lulus dari THS dan berhak menyandang gelanr Ingeneur atau Insinyur.
Setelah Ir. Soekarno lulus, ia juga menulis sebuah risalah yang berjudul
“Mencapai Indonesia Merdeka”. Yang menyebabkan ia harus dipenjara dan dibuang
di Ende, Flores. Saat berada di Ende, soekarno sering sakit. Pemerintah
memindah Soekarno ke Anggut Atas, Bengkulu. Ketika di pembuangan ini Soekarno
menikahi Fatmawati / putri seorang tokoh Muhammadiyah Bengkulu.
Selama pendudukan Jepang, Bung Karno memimpin
Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) barsama Bung Hatta, K. H. Dewantara, dan K. H. Mas
Mansyur. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka pada tanggal 17 Agustus
1945, Bung Karno bersama Bung Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Bung Karno diangkat sebagai presiden dan Bung Hatta diangkat sebagai Wakil
Presiden. Setelah pengakuan kedaulatan hasil KMB, maka pada tahun 1949 Bung
Karno dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada tahun
1950 ia dilantik menjadi Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bung Karno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan jenazaah beliau dimakamkan di
Blitar, Jawa Timur.