Senin, 28 November 2011

Bung Karno

Di Lawang Sekaten, Surabaya, pada hari Kamis Pontgl 6 Juni 1901, pasangan suami istri Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Nyoman Rai mendapatkan karunia yang luar biasa yaitu seorang bayi mmungil yang berjenis kelamin laki-laki.
Setelah beberapa hari dari kelahirannya jabang bayi itu diberi nama Koesnososro Soekarno. Dalam kesehariannya ia sering dipanggil dengan sebutan Koesno. Namun, nama itu ditinggalkan ia sakit-sakitan. Menurut adat Jawa jika bayi itu sering sakit, maka harus berganti nama. Lalu, nama itu diganti menjadi Soekarno / Karno. Masa kecil Soekarno lebih banyak dihabiskan di Keddiri bersama kakeknya yaitu, Raden Hardjodikromo yang sangat memanjakannya.
Soekarno tumbuh besar di lingkungan yang mendukung. Semua keluarga sangat mencintai dan menyayanginya, terutama sang kakek. Beliau juga mengajari Soekarno tentang pentingnya bersikan jujur dan adil. Selain itu Soekarno juga mendapatkan pelajaran tentang kebaikan dan keutamaannya dari seorang pembantu rumahnya yang bernama Sarinah.
Ketika Soekarno memasuki usia sekolah, Soekarno menjalani pendidikan di Tulung Agung. Ia masuk Inladce School / Sekolah Desa. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke ELS atau sekolah pertama yang berada di Mojokerto. Pada usia 15 tahun, Soekarno melanjutkan sekolahnya di HBS atau pendidikan setingkat SMA. Di Surabaya ini, Soekarni indekost di rumah H.O.S Cokroaminoto, seorang tokoh Sareket Islam atau SI.Soekarno menyelesaikan studinya di THS Bandung atau sekarang menjadi Instutu teknologi Bandung (ITB). Pendidikannya di THS diselesaikan dalam kurun waktu 6 tahun. Pada tahun 1926, Soekarno lulus dari THS dan berhak menyandang gelanr Ingeneur atau Insinyur. Setelah Ir. Soekarno lulus, ia juga menulis sebuah risalah yang berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka”. Yang menyebabkan ia harus dipenjara dan dibuang di Ende, Flores. Saat berada di Ende, soekarno sering sakit. Pemerintah memindah Soekarno ke Anggut Atas, Bengkulu. Ketika di pembuangan ini Soekarno menikahi Fatmawati / putri seorang tokoh Muhammadiyah Bengkulu.
Selama pendudukan Jepang, Bung Karno memimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) barsama Bung Hatta, K. H. Dewantara, dan K. H. Mas Mansyur. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno bersama Bung Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Bung Karno diangkat sebagai presiden dan Bung Hatta diangkat sebagai Wakil Presiden. Setelah pengakuan kedaulatan hasil KMB, maka pada tahun 1949 Bung Karno dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada tahun 1950 ia dilantik menjadi Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bung Karno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan jenazaah beliau dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.